Bedah Aspek Sinematik Film Superman (2025)

 


A. Cerita dan Skenario Kekuatan Naratif Pendekatan Non-Origin Story dan Relevansi Kontemporer

Salah satu keputusan skenario yang paling menonjol dalam Superman (2025) adalah pendekatannya yang non-origin story. Film ini tidak lagi mengulang kisah asal-usul Superman yang sudah terkenal, melainkan langsung menjatuhkan penonton ke dalam dunia di mana Clark Kent telah aktif sebagai Superman selama tiga tahun. Pendekatan ini merupakan langkah cerdas yang memungkinkan narasi untuk segera fokus pada tantangan dan dinamika karakter yang sudah mapan, menghindari kelelahan penonton terhadap cerita asal-usul yang berulang.

Skenario yang ditulis oleh James Gunn sendiri dipuji karena kemampuannya menambatkan elemen fantasi pada emosi manusia, menghasilkan narasi yang sangat berpusat pada karakter. Film ini lebih dari sekadar kisah tentang kekuatan dan pertarungan, ia adalah eksplorasi mendalam tentang warisan, kepercayaan, kebenaran, dan harga kepahlawanan di dunia yang sinis. Selain itu, skenario ini secara cerdas memadukan penceritaan mitos dengan nuansa sosio-politik kontemporer. Film ini berani membahas isu-isu relevan seperti ambiguitas etis intervensi asing, peran media dalam membentuk opini publik, dan bahaya kekuasaan yang tidak terkendali, menjadikannya cerminan yang kuat dari dunia modern.

Keputusan untuk melewatkan cerita asal-usul Superman, meskipun dipuji karena menghindari kelelahan naratif, secara bersamaan menciptakan tantangan baru. Dengan memperkenalkan Superman sebagai pahlawan yang sudah mapan, film ini harus dengan cepat memperkenalkan dan mengembangkan motivasi serta latar belakang sejumlah besar karakter pendukung, seperti anggota Justice Gang. 

Tantangan Skenario: Kepadatan dan Potensi Prediktabilitas


Meskipun memiliki kekuatan naratif, skenario Superman (2025) tidak luput dari kritik. Plot film ini terkadang terasa haphazardly written dan needlessly complicated, dengan kurangnya connective tissue yang kuat antar elemennya, membuat penonton hanya go with the flow tanpa pemahaman yang mendalam tentang bagaimana semua bagian terhubung.

Film ini juga dianggap overstuffed dengan banyaknya karakter dan alur cerita yang bersaing untuk mendapatkan perhatian. Kepadatan ini dapat mengalihkan fokus dari pesan utama film dan menyebabkan beberapa subplot terasa terburu-buru atau kurang berkembang. Gua merasa film ini seperti film installment kedua atau ketiga dari franchise ini daripada sebuah awal yang segar, menyiratkan bahwa film ini terlalu banyak mencoba memperkenalkan elemen-elemen semesta baru sekaligus. Selain itu, beberapa big reveals dalam plot dilaporkan terasa dapat diprediksi, bahkan bagi penonton yang tidak familiar dengan komik, mengurangi dampak kejutan naratif.

Pacing film juga menerima kritik yang kontradiktif. Ada yang memujinya sebagai beautifully paced dengan aksi konstan yang menjaga penonton tetap fokus. Namun, di sisi lain, ada keluhan tentang abrupt editing yang membuat cerita terasa rushed dan menghambat investasi emosional penonton terhadap karakter atau tindakan mereka.

Kritik terhadap plot yang overstuffed dan narasi yang needlessly complicated dalam film yang dimaksudkan untuk meluncurkan semesta sinematik baru ini mengarah pada sebuah tantangan umum dalam pembuatan film waralaba modern. Ambisi untuk memperkenalkan banyak karakter dan menyiapkan benang naratif masa depan dalam film pertama seringkali mengorbankan koherensi naratif mandiri dan kedalaman emosional film utama. Tekanan untuk dengan cepat membangun dunia yang luas dengan banyak pahlawan dan konflik geopolitik menciptakan kepadatan yang dapat membanjiri cerita sentral, mencegah investasi emosional dan pengembangan karakter yang lebih dalam bagi siapa pun di luar trio inti. Hal ini menunjukkan bahwa tuntutan "pembangunan semesta" mungkin secara tidak sengaja telah "menekan" beberapa kedalaman yang jelas dan nyata dari film ini.

B. Penyutradaraan dan Visi Artistik: Harapan di Bawah Matahari Kuning

Nada dan Gaya Gunn: Keseimbangan Unik Antara Keseriusan, Humor, dan Optimisme yang Tulus


James Gunn berhasil mencapai keseimbangan tonal yang luar biasa dalam Superman (2025). Film ini terasa tulus tanpa terkesan norak, lucu tanpa meremehkan taruhannya, dan penuh harapan tanpa mengabaikan kompleksitas dunia yang digambarkan. Gunn menerapkan signature humor and irreverence khasnya pada karakter Superman, yang secara tradisional dianggap sangat konformis. Pendekatan ini menghasilkan nada yang bright and breezy, penuh joy and vibrancy, serta much sunnier dalam dialog, cerita, dan visualnya.

Namun, keseimbangan ini tidak selalu sempurna. Penggunaan humor yang berlebihan di awal film, terutama saat Superman sedang menyelamatkan orang, sempat dikritik karena terasa garing atau mengganggu. Meskipun humor tersebut mereda seiring cerita menjadi lebih serius, momen-momen awal ini menunjukkan bahwa kalibrasi nada Gunn, meskipun kuat, terkadang bisa melampaui batas untuk karakter se-Superman. Perpaduan unik antara humor dan ketulusan adalah ciri khas gaya Gunn, namun penerimaan yang beragam terhadap humor tersebut menyoroti kesulitan dalam menerapkan sensibilitas komedi spesifik ini pada karakter seperti Superman, yang secara tradisional mewujudkan ketulusan. Ini menunjukkan tindakan penyeimbangan yang rumit dan menantang bagi Gunn, di mana humornya, meskipun dapat membuat film terasa segar, berisiko merusak taruhan atau bobot intrinsik karakter selama momen-momen genting.

Inspirasi Visual dan Tonal: Dari Komik Klasik hingga Animasi Legendaris

Visi artistik Gunn sangat dipengaruhi oleh seri komik All-Star Superman (2005) karya Grant Morrison. Pengaruh ini jelas terlihat dalam clear skies dan obsession with sunlight yang hangat dan cerah di setiap adegan aksi. Pilihan visual ini tidak hanya bersifat mitologis, mengingat kekuatan Superman berasal dari matahari kuning Bumi, tetapi juga merupakan pilihan tonal yang disengaja, membuat segalanya terlihat dan terdengar lebih berwarna.

Desain visual film juga mengambil referensi dari animasi klasik Fleischer Brothers tahun 1940-an. Pengaruh ini terlihat dalam detail kostum seperti celana merah di luar dan posisi "S" yang sedikit lebih tinggi di dada, yang secara langsung membangkitkan versi Fleischer. Film ini juga mereplikasi pengaruh Fleischer dalam cara menggambarkan kekuatan Superman dengan bobot dan upaya nyata, bukan sekadar kehebatan yang mudah. 

Interpretasi Karakter Superman: Manusia Baja yang Lebih Manusiawi dan Rentan

Gunn secara fundamental menekankan human experience behind the superhuman dalam interpretasinya terhadap Superman. Ia mengeksplorasi apa artinya menjadi pahlawan di dunia modern di mana kebaikan sering dianggap naif atau sederhana. Superman digambarkan sebagai karakter yang less powerful, dengan fokus lebih pada hati dan kompas moralnya daripada kekuatan semata. Ia ditunjukkan sebagai sosok yang rentan, bisa merasa takut, dan membuat kesalahan besar, menegaskan bahwa ia super tetapi tak terkalahkan. Film ini dengan cerdas mengeksplorasi ketegangan antara kekuatan dan kepercayaan, menunjukkan betapa mudahnya ketakutan dapat dimanipulasi oleh agenda yang lebih gelap.

Setelah bertahun-tahun upaya untuk membuat Superman lebih gelap, pilihan Gunn yang disengaja untuk menekankan kebaikan murni, moral, serta harapan karakter tersebut merupakan pemusatan kembali yang signifikan. Ini adalah narasi tandingan langsung terhadap tropi evil Superman dan respons terhadap kegelapan yang dirasakan dari film-film DC sebelumnya. Keberhasilan film dalam aspek ini sangat penting untuk relevansi budaya jangka panjang karakter tersebut dan identitas DCU.

Komentar Sosio-Politik: Cerminan Dunia Modern

Film ini tidak menghindar dari komentar sosio-politik, secara cerdas menyisipkan isu-isu relevan seperti ambiguitas etis intervensi asing, peran media dalam membentuk opini, bahaya kekuasaan yang tidak terkendali, imigrasi, pencabutan hak sipil, penjara di tempat asing, invasi korporat, dan pengungsian komunitas. Narasi anti-perang yang kuat juga sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini, memberikan lapisan kedalaman tematik yang substansial pada film superhero ini.

C. Akting dan Penampilan Aktor: Jiwa di Balik Kostum

David Corenswet sebagai Superman/Clark Kent: Kelahiran Kembali Ikon


Penampilan David Corenswet sebagai Superman/Clark Kent telah menerima pujian luas menggambarkannya sebagai Corenswet lahir untuk menjadi Superman. Bahkan sebelum castingnya, kemiripannya dengan Christopher Reeve, aktor ikonik Superman sebelumnya, sudah sering disebut-sebut. Corenswet berhasil menampilkan perpaduan pesona kekanak-kanakan, intensitas yang tenang, dan kecerdasan, yang menjadikan latar belakang negara America Superman sebagai simbol kesopanannya yang tulus. Ia dengan meyakinkan memerankan ketulusan dan kebaikan Superman, merangkul sifat-sifat yang bisa membuat karakter ini terasa kuno di dunia yang sinis. Selain itu, Corenswet juga berhasil menangkap sisi adorable nerdiness dari alter ego Clark Kent. Penampilannya yang heroik, jujur, dan mudah didukung membuat Superman terasa relatable, meskipun ia adalah sosok yang kuat namun tidak tak terkalahkan.

Pujian yang konsisten untuk penampilan Corenswet menunjukkan bahwa pemilihannya adalah faktor utama dalam keberhasilan film, bahkan berpotensi mengatasi kelemahan skenario. Kemampuannya untuk mewujudkan kepahlawanan ikonik dan kemanusiaan Superman yang relatable, ditambah dengan kemiripan fisiknya dengan iterasi masa lalu yang dicintai, menciptakan koneksi instan dengan penonton dan memvalidasi visi Gunn untuk karakter tersebut. Ini menyoroti betapa pentingnya casting untuk sebuah fondasi waralaba.

Rachel Brosnahan sebagai Lois Lane: Kecerdasan dan Chemistry yang Memukau

Rachel Brosnahan dianggap perfect sebagai Lois Lane. Ia menampilkan kecerdasan jalanan dan kecerdasan investigatif yang tajam, dengan kecerdasan cepat dan tekad yang tak kenal takut yang membuatnya lebih dari sekadar pasangan romantis Superman. Chemistry-nya dengan David Corenswet digambarkan sebagai crackles dan genuine, crackling chemistry, dengan adegan ciuman mereka yang disebut more electric and sensual dari banyak adegan intim di sinema modern. Hubungan Lois dan Clark terasa kuat, meskipun terasa skenario kurang memberikan ruang baginya untuk bersinar sepenuhnya, dengan karakterisasi yang terkadang terbatas pada not really being good at relationships tanpa penjelasan yang memadai.

Meskipun ada kritik bahwa hubungan Lois/Clark yang sudah mapan dalam skenario menghilangkan beberapa taruhan tradisional dan membatasi pengembangan karakter Brosnahan, pujian yang luar biasa untuk chemistry mereka menunjukkan bahwa dinamika ini berfungsi sebagai inti emosional yang kuat bagi film. Ini memberikan "hati" yang terkadang kurang dalam plot yang terlalu padat, menjadikan hubungan mereka alasan yang menarik untuk berinvestasi dalam cerita.

Nicholas Hoult sebagai Lex Luthor: Ancaman yang Terkendali

Nicholas Hoult memerankan Lex Luthor dengan kontrol yang dingin, menyajikannya sebagai sosiopat korporat yang kalkulatif. Kecerdasan dan pesonanya nyaris tidak menyembunyikan rasa bahaya yang mendalam dan ambisi psikotiknya. Hoult berhasil membawa gravitas and menace pada peran tersebut, menjadikannya penjahat modern yang meyakinkan yang mampu memanipulasi pemerintah dan media untuk membentuk persepsi publik. Perannya dipandang sebagai salah satu kekuatan terbesar film, menawarkan interpretasi yang berbeda dari penggambaran Luthor yang lebih maniac di masa lalu. Namun, masih terasa skenario tidak memberinya kesempatan penuh untuk melepaskan deranged glee yang ia tunjukkan di peran lain, menyebabkan karakternya terasa sedikit tidak sepenuhnya terlepas.

Peran Pendukung: Potensi yang Belum Sepenuhnya Tergali

Meskipun anggota Justice Gang seperti Green Lantern, Mr. Terrific, dan Hawkgirl begitu menyenangkan untuk disaksikan, skenario bisa memberikan mereka lebih banyak fokus atau waktu layar untuk pengembangan individu. Kelebihan karakter dan plot poin dalam film ini cenderung mengganggu pesan utama, dan skenario seringkali mengorbankan penceritaan interpersonal demi jalan pintas yang mengurangi bakat para pemeran bintang. Motivasi beberapa rekan Luthor, seperti The Engineer, yang subsume their humanity for him, juga tetap tidak jelas, menunjukkan bahwa kepadatan naratif memengaruhi kedalaman karakter pendukung.

D. Estetika Visual dan Audio: Spektakel yang Bercahaya

Visual: Sinematografi Cerah, Desain Produksi Segar, dan Efek Visual yang Mengagumkan


Secara visual, Superman (2025) adalah sebuah karya yang memukau. Film ini dipuji karena visualnya yang penuh warna dan terasa seperti komik yang hidup. Sinematografi dan efek visualnya secara keseluruhan dinilai tinggi. Desain visual James Gunn secara jelas bergerak menuju relief, optimism, and lightness, dengan langit yang cerah dan obsesi terhadap cahaya matahari yang hangat dan terang di setiap adegan aksi.

Kostum Superman yang baru digambarkan slightly softer and less skin-tight, dengan celana merah di luar dan posisi "S" yang sedikit lebih tinggi, secara langsung mengacu pada versi klasik Fleischer Brothers. Metropolis juga didesain ulang untuk mencerminkan nada yang lebih cerah dan optimis ini. Efek visualnya digambarkan sebagai photorealistic form of animation yang secara efektif menunjukkan Superman terluka, berjuang, dan terbebani, membuat kesulitannya terlihat dan terasa nyata bagi penonton. Penggunaan simulasi lensa sudut lebar dalam adegan terbang dan close-up dalam pertarungan monster raksasa juga dicatat sebagai teknik sinematografi yang efektif. Adegan aksi umumnya dipikirkan dengan baik dan mendebarkan, dengan detail efek khusus yang brilian. Adegan slow-mo di mana Superman meluncur untuk melindungi seorang gadis dari serangan disebut sebagai a masterpiece dan salah satu yang terbaik dalam genre ini. Terlebih pengalaman menonton di IMAX disebut spectacular dan aset kunci film, menunjukkan bahwa film ini memang dirancang untuk pengalaman sinematik besar.

Penekanan pada cahaya matahari, langit cerah, dan visual penuh warna bukanlah sekadar pilihan estetika, melainkan pernyataan tonal yang disengaja oleh Gunn. Ini memperkuat pesan inti film tentang harapan dan optimisme, secara langsung mengkontraskan film-film superhero gelap dan suram di masa lalu. Bahasa visual ini adalah alat yang kuat dalam mengkomunikasikan arah baru DCU sejak awal.

Audio: Skor Musik yang Kontroversial dan Desain Suara yang Solid

Aspek audio film menunjukkan kontras yang menarik. Sementara detail dalam efek suara film secara umum dipuji sebagai "brilliant" , skor musik yang dikerjakan oleh John Murphy dan David Fleming secara luas menerima ulasan negatif menyoroti ketergantungan berlebihan pada "cheap, trailerised repeating excerpts" dari tema ikonik John Williams, yang sering terdengar "hollow" dan "cheap" dengan orkestrasi yang terasa sintetis, kurang memiliki kekuatan dan emosi yang diharapkan dari sebuah film Superman. Ketika tema Williams tidak dimainkan, musiknya dianggap "painfully generic" dan "uninspired," gagal membangkitkan emosi yang seharusnya dirasakan dari film Superman.

Meskipun demikian, ada beberapa aspek positif dari skor. Tema-tema baru yang "interesting" diperkenalkan untuk Daily Planet, Lex Luthor, motif cinta, dan terutama tema Justice Gang ("Justice Gang V.s. Kaiju"). Beberapa cue seperti "Eyes Up Here" dan "Look Up" juga terdengar "all right," dan tema Williams sendiri, meskipun digunakan berlebihan, tetap brilian karena keahlian aslinya.

Kontradiksi yang jelas antara pujian untuk "detail brilian dalam efek khusus dan suara" dan kritik tajam terhadap skor musik yang "hampa dan murah" menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kualitas atau eksekusi komponen audio yang berbeda. Ini menyiratkan bahwa sementara desain suara (efek, mixing) berkualitas tinggi, komposisi asli dan orkestrasi skor mungkin kurang memuaskan, kemungkinan karena produksi yang terburu-buru atau perbedaan kreatif, seperti yang disiratkan oleh komentar tentang David Fleming yang dibawa masuk terlambat. Perbedaan ini merupakan poin penting untuk analisis seorang cinephile, yang membedakan antara berbagai elemen pengalaman pendengaran film.

Posting Komentar untuk "Bedah Aspek Sinematik Film Superman (2025)"