Mengulas Film Sri Asih (2022) Tidak Sempurna, Tapi Bagus


Film adisatria yang paling diantisipasi oleh rakyat penyuka genre film superhero akhirnya tayang di layar lebar, Sri Asih (2022). Merupakan film installment kedua di jagat sinema Bumilangit setelah film pertamanya Gundala (2019) yang berhasil menarik perhatian hingga memberi harapan akan industri film Indonesia (khususnya genre superhero) berkembang dan tidak jalan di tempat.

Sri Asih (2022) disutradarai oleh Upi, beliau juga menulis skenario untuk film ini ditemani Joko Anwar yang juga berperan sebagai kreatif produser di jagat sinema ini. Sri Asih diciptakan oleh Almarhum R A Kosasih pada tahun 1954, pelopor tokoh komik perempuan Indonesia. Hingga akhirnya dijadikan film live action yang dimeriahkan oleh Pevita Pearce (Alana/Sri Asih), Jefri Nichol (Tangguh), Dimas Anggara (Kala), Reza Rahadian (Jatmiko), dan Surya Saputra (Prayogo Adinegara).


Memiliki premis tentang Alana (Pevita Pearce) yang telah ditakdirkan sebagai orang terpilih menjadi Sri Asih oleh Dewi Asih dan harus menghentikan rencana jahat dari Roh Setan. Alana lahir waktu peristiwa gunung merapi meletus tahun 1994, kedua orang tuanya meninggal dan ia tinggal di yayasan yatim piatu hingga Sarita Hamzah (Jenny Zhang) mengadopsi Alana. Dia tumbuh dewasa dengan menjadi petarung profesional. Suatu hari mimpi buruknya bertemu Dewi Api terjadi lagi setelah sekian tahun tidak memimpikannya. Tanda-tanda Dewi Api akan bangkit.

Diwaktu yang sama, Mateo Adinegara (Randy Pangalila) menantang Alana untuk duel di ring tarung. Namun Alana disuap dalam ronde ketiga ia harus mengalah untuk Mateo. Bukannya menuruti permintaannya, Alana malah menghajar babak belur Mateo hingga tak sadarkan diri. 

Jagau (Revaldo) anak buah Mateo marah karena perjanjiannya dilanggar, lalu mengincar dan mengancam keluarga Alana. Jagau menyakiti ibu Alana hingga kritis dan dirawat di rumah sakit. Tak lama kemudian saat Alana hendak menjenguk ibunya, bom meledak di ruangan ibu Alana di rawat. 

Alana dibawa ke rumah Kala (Dimas Anggara), bertemu dengan eyang Mariani (Cristine Hakim) seorang anggota kelompok Jagabumi. Disana Alana diberi tahu akan jati dirinya sebagai titisan Dewi Asih dan memiliki misi agar Dewi Api tidak bangkit. Hal pertama yang harus dilakukan Alana adalah menjadi menjadi Sri Asih dan mengalahkan Roh Setan. 

REVIEW SRI ASIH (2022)

Tulisan ini aman dari bocoran penting dari filmnya alias no spoiler. Film Sri Asih (2022) berhasil mendobrak stigma film jagoan perempuan Indonesia itu kurang banyak peminatnya. Nyatanya ramai akan penonton di hari pertamanya, bahkan gua perhatiin mayoritas penontonnya laki-laki. Walaupun gua banyak dengar berita performa Sri Asih di bioskop akhir-akhir ini kurang oke, tetap saja hype yang dibangun masih berasa dan ramai diperbincangkan setidaknya sampai tulisan ini terbit.

Sang director Upi berhasil menaikkan standar film superhero lokal. Beliau tahu betul apa aja yang harus disajikan kepada penontonnya, dan gua merasakan itu. Sebagai pecinta genre film superhero, ada empat hal menarik yang harus ada, setidaknya bagi selera gua. 

"Gak usah kaget gitu dong lihat saya, biasa aja"

1. Action sequence yang megah

Gua merasa puas akan adegan aksi yang diberikan. Selain karena ada banyak adu jotos dengan koreografi yang kreatif dan efek visual yang cukup nyata, juga karena durasinya yang lumayan lama. Gak begitu panjang juga sih tapi cukup lah. 

Yang gua gak suka bagian action pada film ini adalah banyaknya adegan sekali pukul lawan langsung kalah/pingsan/bahkan mati. Itu membosankan sekali dan menganggu kenikmatan menonton. Yaa gua tahu juga lawannya gak sebanding, Sri Asih dengan anak buah Prayogo manusia biasa yang gak begitu jago bertarung dan pegang senjata yang upahnya gak sebanding dengan pekerjaannya itu.

2. Fan service atau hal-hal yang dapat menyenangkan para fans

Di film Sri Asih, ada banyak kejutan dan juga easter egg yang referensinya diambil dari komik. Bagi pembacanya tentu senang akan hal ini. Entahlah untuk penonton yang gak baca komik dari Bumilangit. Karena gua baca dan koleksi komik Bumilangit, sangat menyenangkan rasanya menonton film ini, beberapa karakter dan simbol yang ada dikomik dikasih tunjuk walaupun hanya sketsa gambar tangan saja.

3. Karakterisasi atau character development yang relevan

Gua suka pengambaran Sri Asih difilm ini. Karena gua tahu membuat karakter super kuat karena hal-hal magis lalu harus menyesuaikan dengan era teknologi sekarang agar relevan itu memang susah. Tidak seperti film superhero barat dengan sisipan istilah-istilah rumit yang dipadukan dengan science sehingga terasa masuk diakal manusia. 

Potret Sri Asih yang diperankan oleh Pevita Pearce menurut gua udah sempurna secara look atau penampilan. Gua gak nemu cacat sedikitpun. Entahlah bentuk wajahnya terlihat cocok aja walaupun gak Indo banget juga mukanya, tapi ayu, cantik. 

Namun secara cerita, karakter Sri Asih menurut gua gak begitu bagus penggambarannya. Gua kepingin lihat untuk menjadi Sri Asih itu gak gampang, tapi disini diceritakan mulus menjadi Sri Asih tanpa ada tantangan yang berarti, over power pula.

Bukannya gak relevan, tetapi kurang seru aja dilihatnya. Sri Asih di film ini menurut gua sangat relevan dengan kehidupan orang-orang Indonesia. Dengan unsur magis dan mistis budaya Jawa, Alana menjadi orang terpilih dan Dewi Asih menitiskan kekuatannya kepada Alana. Untuk meresmikannya, terdapat ritual yang unik khas Jawa tentunya. 

4. Motivasi sang Villain yang gak asal jadi jahat.

Roh Setan diceritakan mempunyai rencana untuk melepaskan seribu iblis dengan melakukan ritual tumbal seribu jiwa. Selain itu juga ia berencana untuk membangkitkan lima panglima durjana, salah satunya Dewi Api. Gua gak nangkep apa latar belakang dan motivasinya dia jadi jahat dan kejam. Tujuannya apa, dan apa untungnya bagi dia, gua gak tahu. 

Karakter villain di film ini kurang digali lagi story arc-nya. Kalaupun dia purely evil, seharusnya dijelasin di film kalau doi tuh yaa emang psikopat aja. Jangan secara tiba-tiba doi jadi jahat tanpa alasan. Salah satu contoh lemahnya penulisan di film ini.

Itulah empat hal yang harus di check untuk film superhero versi gua. Sebelum ke kesimpulan, satu hal yang belum gua mengerti adalah Dewi Api. Diceritakan dia kalah melawan Dewi Asih beribu-ribu tahun yang lalu dan Dewi Api kurung didalam gunung Merapi. Lalu di tahun 94, gunung Merapi meletus, Dewi Api otomatis bangkit dong. Disana ada pasutri ayah dan ibu Alana, Alana pun lahir Dewi Api masuk kedalam tubuh Alana. Disaat dewasa saat Alana bergejolak amarahnya, Dewi Api muncul (walaupun dalam pikiran) dan suka berkata "Keluarkan amarahmu!".

Yang menjadi pertanyaan, jika Alana marah tak terkendali apa Dewi Api akan keluar atau bangkit dari tubuh Alana? Sebenarnya cara untuk membangkitkan Dewi Api itu dengan ritual seribu jiwa atau membuat Sri Asih marah? Dewi Api adalah salah satu lima panglima yang kebangkitannya harus dicegah, kalau Dewi Api sudah keluar atau bangkit sejak gunung Merapi meletus kenapa dia masih dianggap harus dibangkitkan oleh Roh Setan?

Kesimpulan, menurut gua film Sri Asih memang ditujukan untuk usia muda sampai tua. Yang muda dapat menikmati film Indonesia superhero modern, yang tua bisa sedikit bernostalgia akan karakter komik Sri Asih yang usianya sudah lebih dari 60 tahun. Gua cukup menikmati filmnya, selain seru, puas dengan adegan aksinya, visual efek bagus, ada sisipan isu-isu sosial yang membuka mata, dan juga musik rock.

Ending film Sri Asih terasa tidak akan dibuatkan sekuelnya, kayak Sri Asih 2 gitu. Tapi Sri Asih akan kembali di projek film Bumilangit selanjutnya. Semoga saja projek jagat sinema yang satu ini tidak berhenti di tengah jalan.

Sangat gua rekomendasikan kepada Lu buat nonton Sri Asih (2022). Gak sempurna sih filmnya, masih ada cacat sana sini, tapi untuk segi ukuran film superhero Indonesia, ini udah keren banget. Bahkan lebih keren dari Gundala, Satria Gatot Kaca, dan Ashiap Man.

3,7/5🌟

Posting Komentar untuk "Mengulas Film Sri Asih (2022) Tidak Sempurna, Tapi Bagus"