Mengulas Film Keramat (2009) Menyesal Baru Nonton Sekarang


Setelah kemarin menyaksikan dan mengulas film Keramat 2: Caruban Larang tanpa menonton film pertamanya, gua akhirnya memutuskan buat nonton film Keramat (2009) dan gua menyesal baru nonton filmnya sekarang.

Film Keramat (2009) disutradarai Monty Tiwa. Pengisi film ada Poppy Sofia, Migi Parahita, Sadha Triyudha, Miea Kusuma, Diaz Ardiawan. Bercerita tentang tim produksi film Menari Diatas Angin arahan Miea Kusuma yang hendak melakukan pra-syuting di Bantul, perjalanan mereka dibantu oleh Poppy Sofia dan Cungkring sebagai dokumenter behind the scene Menari Diatas Angin. Sampai di Bantul, kondisi Migi kurang baik, latihan syuting pun terkendala dan ngaret. Migi ternyata dirasuki oleh Nyi Pramodawerdani, paranormalpun dipanggil untuk membantu namun Migi diculik dan dibawa ke dunia lain. Kru Miea mau tak mau harus menyelamatkan Migi yang dibantu oleh paranormal untuk masuk ke dunia lain.

REVIEW

Andai gua waktu itu (tahun 2009) nonton filmnya, mungkin gua kemakan omongan orang dan percaya ini peristiwa nyata. Bisa jadi parnonya bisa kerasa sampe gua dewasa. Ngomong-ngomong tahun 2009 gua sendiri masih sekolah dasar kelas 3 atau 4 gitu, jadi masih polos wkwkw.

Menurut gua film Keramat (2009) dengan gaya visual found footage ini memang terasa otentik, jujur, dan murni. Segala aspeknya sederhana dan apa adanya tetapi tetap kental akan daya magisnya. Luar biasanya film ini syuting tanpa naskah, dan para cast all out bermain olah rasa, gerak tubuh, mimik wajah, dan emosinya. Alhasil tontonan 90 menit ini terasa meyakinkan, pekatnya mitos-mitos budaya Jawa menambah kengerian atmosfer ruang tonton.

Poppy Sofia

Tuturan kisah yang disajikan menurut gua cukup kuat tetapi easy to follow, sederhana namun menguras energi. Karakter Poppy Sofia paling lantang suaranya, berisik tetapi gak begitu annoying. Gua sendiri kelelahan dan ingin segera selesai menyaksikan teror kepada Poppy dan yang lain. Sebuah perjalanan yang menguras emosi jiwa. Gua juga lelah akan aspek audio pada film ini. Lumayan sulit ditangkap tiap adegan percakapannya, volumenya musti digedein. 

Jika dibandingkan dengan film keduanya yang paling kerasa dan mudah di notice ada pada kualitas visual. Caruban Larang gambarnya keren-keren, gua sih gak terkejut melihat visual film Keramat (2009) yang biasa aja, nihil estetika, dan ugal-ugalan dengan kameranya yang shaky. Sejelek-jeleknya visual pada film ini, menurut gua tergolong enjoyable dan mudah dimaklum. Dan gua memaklumi itu, mungkin maksudnya agar kualitas kejujuran filmnya tetap terjaga dan terlihat seperti film dokumenter beneran. Atau memang equipment yang mereka gunain seadanya ya?

Migi Parahita

Endingnya terasa kurang adil dan menyisakan kesedihan yang cukup dalam. Diakhir film ditampilkan kliping-kliping informasi dari koran tentang kru film yang hilang, yang mana jelas hal itu berhasil membuat film ini terasa riil. Mungkin cocokologi peristiwa misterius itu dengan skenario pada film ini membawa keparnoan yang serius sampai sekarang. Dan Gua ngelewatin zaman dimana orang-orang percaya pada film Keramat karena pendekatannya found footage, nyesel gua baru nonton film Keramat (2009) baru-baru ini.

3,3/5⭐️ 

Posting Komentar untuk "Mengulas Film Keramat (2009) Menyesal Baru Nonton Sekarang"