Mengulas Film Black Panther: Wakanda Forever (2022) Film Terbaik Fase Empat MCU


Black Panther Wakanda Forever
menjadi projek film ke 30 Marvel Cinematic Universe (belum termasuk seriesnya) sekaligus menjadi film penutup di fase ke empat. Masih disutradarai oleh Ryan Coogler, film sekuel dari Black Panther (2018) ini sudah tidak lagi dibintangi oleh Chadwick Boseman karena beliau sudah meninggal dunia pada tahun 2020 yang lalu. Peran utamanya digantikan oleh Letitia Wright (Shuri/Black Panther).

Black Panther: Wakanda Forever menceritakan tentang konflik yang terjadi antara bangsa Wakanda yang dipimpin oleh Shuri, dengan bangsa Talokan yang dipimpin oleh Namor (Tenoch Huerta). Konflik dimulai ketika Namor menemukan mesin penggali vibranium buatan manusia di wilayah kekuasaan Namor.

Ia hendak mencari dan membunuh orang yang membuat alat tersebut. Diketahui bahwa sang pencipta adalah seorang pelajar high school bernama Riri Williams (Dominique Thorne). Riri menjadi subjek perpecahan antara Shuri dengan Namor, Namor ingin membunuh Riri sedangkan Shuri tidak tega karena dia tergolong masih anak kecil.

REVIEW BLACK PANTHER: WAKANDA FOREVER


Pastikan Lu datang ke bioskopnya gak telat, karena film ini dibuka dengan absolute georges, indah sekali, dan disaat bumper Marvel Studio muncul disana kita diajak untuk mengheningkan cipta sejenak. Sesuatu pengalaman menonton baru bagi gua.

Kesan pertama gua menonton film ini campur aduk, sudah tentu filmnya keren karena ini film Marvel it's obvious. Rasanya menyenangkan sekaligus mengharukan disaat yang bersamaan. Tribute kepada mendiang Chadwick Boseman terasa hangat, sudah sepantasnya beliau dihormati dan dikenang dengan layak, tidak berlebihan dan galaunya tidak berlarut-larut. We should move on.

Menurut gua film Black Panther: Wakanda Forever adalah film yang segar dan baru. Berasa film solo pertama, bukan film sekuel. Karena kita diceritakan kembali origin story dari Black Panther yang mana harus melakukan ritual meminum minuman dari tanaman vibranium namun tentunya dengan pendekatan, situasi, dan juga perspektif yang berbeda.

Gua mau memuji Ryan Coogler, sang sutradara yang berhasil membuat Black Panther hidup kembali tanpa me-recast Chadwick Boseman. Karena kita yang suka pantengin MCU mendiang Chadwick udah cocok banget dan terpatri dikepala bahwa he is our king. He is the Black Panther.

Dan ternyata Letitia Wright menjadi Black Panther tidak terlalu buruk. Dia aktris hebat, cocok menjadi Black Panther. Tapi sebagai ratu, gua ngelihatnya sih masih kurang cocok, entahlah mungkin karena dia masih sangat muda, dan juga auranya sebagai ratu tidak sekuat Ramonda (Angela Bassett) itu hanya masalah waktu aja.

Pada aspek naratif difilm ini rasanya tidak begitu puas atau klimaks. Padahal alurnya dibangun dengan pelan-pelan diparuh awal film hingga pertengahan. Tetapi di paruh ketiga gua merasakan keterburuan dengan ditampilkannya montase persiapan Shuri dan Riri Williams melawan Namor.


Ngomongin Namor, doi ternyata mutant pertama di semestanya MCU. Cukup mengejutkan akhirnya kata mutant disebut. Namor berhasil mencuri perhatian. Gua suka kostumnya, gua suka personanya, gua suka back story-nya, gua mengerti perasaan dia ingin menghancurkan Wakanda. Gua suka karakter Namor, salah satu penjahat terbaik MCU.

Akhir kata, film Black Panther: Wakanda Forever merupakan film dengan paket lengkap kalau bicara soal emosi. Senang, lucu, sedih, tegang, dan berempati kepada Shuri dan Namor ada pada film ini. Visualnya memanjakan mata, negara Talokan dan juga Wakanda sama keren dan indah. Serta musiknya yang orisinil juga unik, yang gak ada di film Marvel lain. Film terbaik fase empat MCU.

Meskipun diakhir berasa kosong alias antiklimaks tetap saja ini film Marvel, siapapun pasti nonton kecuali anda-anda yang sudah cape dengan formula MCU yang gitu-gitu aja. 

3,9/5

Posting Komentar untuk "Mengulas Film Black Panther: Wakanda Forever (2022) Film Terbaik Fase Empat MCU"